Dilema Pejalan Kaki, Trotoar Sering Diserobot Untuk Beragam Kepentingan Lain

0
375
Ilustrasi trotoar

Pedestrian atau trotoar yang mestinya menjadi hak pejalan kaki, dalam praktiknya masih diserobot untuk beragam kepentingan lain. Tak terkecuali kaum difabel yang semakin kesulitan mengakses pedestrian karena harus berebut dengan pengendara motor hingga jadi tempat mangkal ojek online (ojol).

Koordinator Koalisi Pejalan Kaki Kota Semarang (KPKS), Theresia Tarigan, mencermati gencarnya pembangunan pedestrian di Kota Semarang. Meski terlihat indah dan menarik, namun konstruksi bangunan pedestrian dinilai masih kurang memperhatikan faktor keselamatan yakni licin terutama setelah diguyur hujan.

“Setelah kita coba berjalan kaki, kita merasakan bahwa trotoar itu masih licin. Jadi saya melihat pembangunan trotoar itu masih mengabaikan material yang aman, dan desainnya masih belum mengedepankan kesesuaian dan lebar trotoar. Belum begitu disiapkan bagaimana trotoar itu aman, nyaman buat pejalan kaki. Apakah ibu dengan menggendong anak, membawa barang,” ujar Theresia, Jumat (30/11/2018).

“Jadi trotoar yang tidak lebar pun tetap ada tambahan (ornamen) yang rasanya kita tidak perlu conquered ball (bola-bola beton). Kemudian bangku-bangku taman. Sebenarnya duduk di bangku taman itu polusi ya. Kenapa harus ada? Kita melihat bangku itu bukan untuk pejalan kaki, karena tidak ada halte, tapi untuk mas/mbak ojek online,” tambah dia.

Menurut dia, pemerintah perlu memfasilitasi tempat khusus bagi pengemudi ojek online yang kian menjamur. Meski masih menimbulkan pro dan kontra, namun keberadaan ojek online ini terbukti membantu masyarakat baik dalam hal transportasi maupun sumber penghasilan.

“Bukan kita tidak membolehkan mereka, tapi sebenarnya mereka perlu mendapat tempat di halaman gedung, orang yang memesan di gedung itu sekolah atau kantor. Taman juga bisa sebagai shelter angkutan on line, sehingga mereka tidak di trotoar. Angkutan online harus dirangkul dengan menyediakan shelter-shelter di area strategis. Karena mereka membantu mobilitas warga,” katanya menjelaskan.

“Kemudian trotoar yang ada halte-halte bus Trans Semarang. Angkot juga tidak mendapatkan halte. Jadi orang naik angkot berdiri menunggu di mana saja. Padahal sebenarnya tempat duduk, bangku-bangku tadi itu untuk para penumpang angkutan umum dan mereka adalah pejalan kaki,” terangnya.

Selain itu, pemerintah juga dianggap kurang memperhatikan dampak domino yang ditimbulkan dari pembangunan mempercantik pedestrian . Dia menilai Pemkot Semarang mestinya terlebih dahulu menyediakan ruang usaha baru bagi PKL yang selama ini menggantungkan hidup dari trotoar.

“Untuk PKL-PKL yang di trotoar supaya pindah dulu, baru trotoar diperbaiki. Saat ini PKL lama kembali ke trotoar baru dan bertambah jumlah PKL-nya. Ruang usaha itu sekitar jalan besar juga, bisa didorong swasta yang kelola, Pemkot bantu izin usaha. Atau taman-taman beri ruang untuk pedagang kecil, taman simpel saja. Pepohonan besar dengan paving blok penutupnya. Beri tempat duduk, jadi ada ruang untuk jualan makanan dan lain-lain,” tukasnya.

Theresia pun mengkritisi pedestrian yang lebar dan indah sebagian besar berada di tengah kota. Padahal, katadia, kebanyakan orang akan mengawali perjalanan dari permukiman atau rumah masing-masing. Sehingga ke depan perlu perencanaan yang lebih matang, agar pedestrian tak sekadar member kesan indah tetapi juga fungsional.

“Satu hal lagi, saya melihat perencanaannya itu salah, karena tidak dimulai dari permukiman trotoar itu. Kita tahu sendiri dari data bahwa perjalanan itu 90 persen dimulai dari rumah. Oke kita juga perlu membuat kota menjadi lebih cantik, tapi akan lebih baik jika kita membangun sekaligus apa yang dari permukiman. Ada yang dari pusat kota, jadi itu sudah suatu kesalahan menurut saya,” ungkap dia.

Meski demikian, dia mengaku bersyukur karena pemerintah mulai memperhatikan hak-hak pejalan kaki. Trotoar yang sebelumnya sempit dan terkesan seadanya, kini disulap menjadi lebar dengan hiasan beragam ornamen dan taman. Selain itu, terdapat juga lampu-lampu warna-warni yang kian mempercantik pedestrian kala malam. (INT)