Indonesia, Sasaran Empuk Kejahatan Siber

0
500
Ilustrasi Malware

Indonesia dianggap menjadi sasaran empuk hacker. Hal ini disampaikan Peneliti Kaspersky Lab melihat jumlah serangan menggunakan software berbahaya pada mobile meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu setahun.

Pada 2018, tercatat sebanyak 116,5 juta serangan. Angka tersebut meningkat dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya 66,4 juta serangan.

Peningkatan tidak hanya dari segi serangan, tapi jumlah pengguna. Pada 2018, angka pengguna yang diserang naik 774.000 dibandingkan tahun sebelumnya, menjadi 9.895.744.

Di antara keseluruhan ancaman yang ada, pertumbuhan paling signifikan adalah serangan Trojan-Droppers, yang meningkat hampir dua kali lipat dari 8,63 persen menjadi 17,21 persen. Jenis malware ini dirancang untuk menembus perlindungan sistem dan menyalurkan semua jenis software jahat mulai dari Trojan perbankan hingga ransomware.

Dalam sebuah pernyataan, Kaspersky mengungkapkan, Indonesia berada di peringkat keenam di antara negara-negara dengan jumlah pengguna terbanyak yang diserang mobile malware tahun lalu yakni 34,84 persen atau setara tiga dari 10 pengguna seluler di Indonesia.

Fakta Indonesia berada di peringkat keenam membuktikan pelaku kejahatan siber menganggap negara ini sebagai target yang cukup empuk dalam jenis ancaman tersebut.

“Pelaku kejahatan siber tidak akan pernah berhenti memburu uang dan data berharga. Saat ini, ponsel pintar berisiko terkena ancaman tersebut seiring hadirnya inovasi dalam teknologi seperti pembayaran digital. Ini menjadikan akibat yang ditimbulkan dari serangan mobile sangat merugikan,” kata Genera Manager di Kaspersky Lab SEA Yeo Siang Tiong.

Sementara itu, menurut pakar keamanan di Kaspersky Lab Victor Chebyshev, pada 2018 pengguna perangkat mobile menghadapi sebuah serangan siber terberat yang mungkin pernah ada. Sepanjang tahun ini, mereka mengamati teknik terbaru dalam menginfeksi perangkat seluler seperti pembajakan DNS bersama dengan peningkatan fokus pada skema distribusi yang canggih, seperti spam SMS.

“Tren ini menunjukkan semakin meningkatnya kebutuhan akan solusi keamanan seluler untuk dipasang pada telepon pintar- demi melindungi pengguna dari upaya serangan berbahaya yang bisa menginfeksi perangkat dari manapun sumbernya,” katanya. (INT)