Koalisi Gerindra – PKB Rentan Bubar

0
5

Koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dalam menghadapi Pilpres 2024 masih buntu. Kedua partai ngotot menyodorkan ketua umumnya masing-masing sebagai calon presiden.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan partainya dan Gerindra belum bersepakat soal capres yang bakal diusung bersama.

“Belum [sepakat]. Kita akan duduk berdua, karena sampai detik ini masing-masing ngotot jadi capres,” kata Cak Imin di kantor DPP PKB.

Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani mengakui kedua partai belum memutuskan sosok capres-cawapres. Sementara Gerindra telah mendeklarasikan Prabowo sebagai capres 2024.

Menurut Muzani, keputusan capres dan cawapres Koalisi Indonesia Raya berada sepenuhnya di tangan Prabowo dan Cak Imin.

Pengamat politik sekaligus pendiri Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai, soliditas koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) masih rendah. Melihat dinamika yang terjadi antara kedua partai belakangan ini, koalisi tersebut diprediksi bubar sebelum Pemilu Presiden (Pilpres) 2024 digelar. “Karena tingkat soliditas yang paling rendah itu ada di PKB dan Gerindra, maka sangat memungkinkan mereka menjadi koalisi yang pertama kali terpecah,” kata Ray kepada media, Kamis (24/11/2022).

Menurut Ray, secara umum koalisi partai politik saat ini masih sangat cair. Bongkar pasang kongsi masih sangat mungkin terjadi.

Namun, dari tiga poros yang mungkin terbentuk, tingkat soliditas Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) milik Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dianggap yang paling kuat. Di posisi menengah ada Nasdem-Demokrat-PKS yang meski hingga kini belum juga meresmikan koalisi, tetapi terus mematangkan rencana kerja sama. Sementara, tingkat soliditas koalisi Gerindra-PKB dinilai fifty-fifty, 50 persen mungkin berhasil dan 50 persen sisanya berpotensi bubar. Ray menduga, koalisi Gerindra-PKB dibentuk hanya sebagai sekoci kalau-kalau kedua partai gagal merapat ke poros-poros lain. “Memang koalisi ini terlihat terlalu dipaksakan sebetulnya,” ujarnya.

Jika Gerindra punya peluang bekerja sama dengan PDI Perjuangan pada pemilu mendatang, menurut Ray, tak masalah bagi partai pimpinan Prabowo Subianto itu untuk meninggalkan PKB. Sebab, dibandingkan PKB, PDI-P punya basis massa yang jauh lebih besar. Apalagi, jika kelak Prabowo dipasangkan dengan kader partai banteng yang juga Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, peluang kemenangannya di pilpres diprediksi lebih besar. Bukan tanpa alasan, Ganjar mengantongi elektabilitas tinggi baik sebagai calon presiden maupun calon wakil presiden. Bahkan, tingkat elektoral Ganjar menurut survei berbagai lembaga mengungguli Prabowo. Sekalipun kelak Prabowo “hanya” mendapat kursi calon RI-2 dan kursi capres diberikan untuk Ganjar, Ray menduga, itu tak akan menjadi soal buat Gerindra. “Bagi Gerindra, apa pun ceritanya partai ini harus punya capres atau cawapres. Karena itu salah satu cara mereka untuk menjadikan partai ini sebagai bahan perbincangan di 2024,” kata Ray. “Kalau mereka tidak mencalonkan sama sekali baik di capres maupun cawapres, partainya juga tidak akan kelihatan,” tuturnya.