Indonesia Disebut Paling Buruk dalam Penanganan Pandemi Covid-19

0
14
Antrian Vaksinasi di Pasar Tanah Abang (Februari 2021) Ciptakan Kerumunan

Media asing, Bloomberg melaporkan Indonesia menempati peringkat ke-53 dari 53 negara yang dianalisa dalam penanganan Covid-19.  Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19 di dunia. Peringkat ketahanan Covid-19 di 53 negara disusun oleh Bloomberg untuk menggambarkan wilayah yang memiliki penanganan Covid-19 paling efektif meski ada gangguan sosial dan ekonomi.

Ada sejumlah indikator yang digunakan oleh Bloomberg dalam menyusun peringkat ketahanan Covid-19 di 53 negara.

Indikator itu mulai dari kualitas fasilitas kesehatan, cakupan vaksinasi, kematian, proses perjalanan hingga pelonggaran perbatasan. Indonesia mendapat skor rendah dalam setiap indikator tersebut. Itulah mengapa Bloomberg menyebut Indonesia sebagai negara yang paling buruk dalam menangani Covid-19. Bloomberg menyebut tingkat keketatan soal pembatasan wilayah atau lockdown 69. Nilai ini terbilang lebih baik jika dibandingkan dengan Malaysia yang mendapat 81.

Sementara, kapasitas penerbangan juga terdampak sehingga turun hingga 56,8 persen. Angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia disebut Bloomberg sangat tinggi yaitu lebih dari 1.300 orang dalam sehari. Kemudian rendahnya vaksinasi di Indonesia yaitu 11,9 persen dari total penduduk. “Di mana lebih dari 1.300 orang sekarang meninggal setiap hari dan pasokan suntikan (vaksin) tidak memenuhi kebutuhan populasi yang besar,” kata Bloomberg.

Adapun negara yang berada pada peringkat pertama dengan tingkat ketahanan terbaik terhadap Covid-19 adalah Norwegia. Negara Nordik ini naik 10 peringkat dari ranking sebelumnya dengan skor 77,2. Dalam laporan itu, Norwegia disebut telah melakukan vaksinasi sebesar 48 persen dari total populasinya. Angka kematian akibat Covid-19 pun cukup rendah. Dengan kondisi ini, Norwegia dinilai siap membuka kembali perbatasannya. Sedangkan peringkat kedua di tempat Switzerland dengan skor ketahanan terhadap Covid-19 75,4. Kemudian disusul Selandia baru dengan skor 75,2.

Lantas, bagaimana tanggapan pemerintah terkait laporan ini?

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, angkat bicara mengenai laporan ini. Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes ini, tidak ada jurus jitu untuk menangani Covid-19.

Kalau kondisi prediksi yang terjadi saat ini, sebenarnya kita sudah belajar dari gelombang pertama di bulan Januari 2021. “Tapi kalau peningkatan kasus yang dari segi grafiknya sangat tajam, saya rasa tidak ada satu pun negara yang siap dengan kondisi tersebut,” ungkapnya.

Namun, Nadia mengatakan, penerapan PPKM sejak lonjakan kasus terjadi, lambat laun akan berpengaruh baik terhadap penanganan Covid-19 ini.

Ia mengatakan, tidak hanya di Indonesia saja, tetapi seluruh negara di dunia juga sedang berjuang menangani pandemi.

Kita tahu tidak ada jurus yang jitu untuk menangani Covid-19, semua negara sebenarnya sedang berupaya keras keluar dari situasi ini,” kata Nadia, dikutip dari tayangan Youtube tvOne, Sabtu (31/7/2021).

Nadia menyebut dua negara lain, seperti Inggris dan Australia pun masih berkutat menangani pandemi, meski tingkat kepatuhan warganya relatif tinggi.

 

“Kalau kita lihat, bagaimana Inggris sudah menyelesaikan vaksinasi dan tingkat kepatuhannya relatif lebih baik, tapi mengalami hal yang sama.”Bahkan di Sydney saya dengar kembali melakukan lockdown, artinya tidak ada satu pun jurus jitu untuk menyelesaikan pandemi ini,” ungkapnya.

Nadia mengatakan, hal terpenting yang tengah diupayakan pemerintah adalah mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Menurutnya, saat ini pemerintah akan lebih mengupayakan terhadap pencegahan agar lonjakan kasus tidak kembali terjadi. Namun, Nadia tak menampik bahwa pemerintah kurang siap dalam menghadapi peningkatan kasus yang jauh lebih tajam hingga 50.000 per hari seperti saat ini.