Penguatan Rupiah: Kombinasi Fundamental Ekonomi & Berkurangnya Sentimen Global

0
366
Penguatan rupiah kembali terjadi

Jakarta – Setelah sempat melemah, nilai tukar Rupiah terus menunjuukan keperkasaannya terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Pada sore hari tanggal 7 November 2018, mata uang Garuda berhasil ditutup di bawah level Rp 14.600 per dolar AS.

 

Ketua Nasional Relawan Pengusaha Muda Nasional (REPNAS) untuk Jokowi – Ma’ruf, Eka Sastra, mengatakan bahwa penguatan nilai tukar rupiah yang terjadi saat ini adalah kombinasi kondisi fundamental ekonomi nasional yang didukung oleh berkurangnya sentimen ekonomi global.

 

“Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menunjukkan fundamental ekonomi nasional. Kemarin rupiah sempat melemah karena lebih banyak didorong oleh faktor sentimen dari The Fed yang luar biasa terhadap ekonomi global. Sehingga rupiah melemah hingga under valued”, ujar Eka.

 

Faktor fundamental misalnya, penguatan cadangan devisa dari U$ 114,8 Milar pada akhir bulan September 2018 ke U$ 115 Milar pada akhir bulan Oktober 2018. Begitu juga dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2018 yang tumbuh sebesar 5,17 persen (yoy), mendorong kepercayaan terhadap ekonomi nasional semakin baik. Selain itu, bagi Eka, penguatan rupiah juga menjadi bukti bahwa  strategi pengurangan impor yang dilakukan Pemerintah mulai berdampak positif, seperti misalnya: menekan laju impor untuk seluruh proyek yang punya konten impor besar, pengurangan bahan baku impor untuk sector energi, dan impor bahan baku dan barang konsumsi, terutamakomoditas barang konsumsi yang sebagian di antaranya bisa dihasilkan di dalam negeri.

 

Lebih lanjut, Anggota Komisi VI DPR RI yang membidangi Ekonomi, Industri dan Perdagangan tersebut juga mengatakan bahwa ketika faktor sentimen global mulai menurun, faktor fundamental ekonomi nasional mendorong penguatan rupiah.

 

“Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap penguatan rupiah ialah adanya pernyataan dari Amerika Serikat yang mau berdamai dengan China soal perang dagang, dan China pun menanggapi positif dengan siap berdiskusi dan mencari solusi atas ketegangan perdagangan yang terjadi antar kedua negara”.