BPS: Neraca Perdagangan Indonesia 2020 Alami Surplus

0
20
Indonesia cukup berhasil karena realisasi kinerja perdagangan masih bisa surplus.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$21,74 miliar pada 2020 merupakan yang tertinggi sejak 2011. Terakhir kali, torehan surplus tertinggi Indonesia mencapai US$26,06 miliar pada 2011.

“Neraca perdagangan Indonesia ini tertinggi sejak 2011. Pada 2011, surplus perdagangan kita US$26,06 miliar,” kata Kepala BPS Suhariyanto saat rilis neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2020 secara virtual, Jumat (15/1).

Suhariyanto mengatakan Indonesia terbilang berhasil karena realisasi kinerja perdagangan masih bisa surplus, meski ada tekanan permintaan di tengah pandemi virus corona atau covid-19. Padahal, ekspor dan impor turun.

Tercatat, nilai ekspor turun 2,61 persen dari US$167,68 miliar menjadi US$163,31 miliar. Begitu juga dengan impor yang merosot 17,34 persen dari US$171,28 miliar menjadi US$141,57 miliar.

Secara rinci, ekspor secara tahunan untuk migas anjlok 29,52 persen, pertanian naik 13,98 persen, industri pengolahan meningkat 2,95 persen, dan pertambangan melorot 20,7 persen.

Sementara impor tahunan barang konsumsi turun 10,93 persen, bahan baku penolong minus 18,32 persen, dan barang modal ambles 16,73 persen.

“2020 ini luar biasa dengan adanya pandemi sehingga permintaan turun, tapi dengan penurunan 2,61 persen, sebenarnya kondisi kita tidak buruk,” tuturnya.

Secara total, realisasi neraca dagang dengan surplus U$21,74 miliar juga lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Tercatat, neraca dagang defisit US$3,59 miliar pada 2019, defisit US$8,7 miliar pada 2018, surplus US$11,84 miliar pada 2017, surplus US$9,48 miliar pada 2016, dan surplus US$7,67 miliar pada 2015.

Kendati kinerja dagang cukup baik pada 2020, namun BPS tidak bisa memberi prediksi seperti apa laju pertumbuhan perdagangan pada 2021. Suhariyanto hanya menekankan bahwa prospeknya bergantung pada kelangsungan program vaksinasi virus corona atau covid-19 di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Selain itu, prospek ekspor dan impor juga bergantung pada kebijakan pengendalian pandemi dan program kesehatan di masyarakat.

“Kuncinya penanganan kesehatan dan vaksinasi ini di Indonesia dan berbagai negara, apakah covid-nya bisa terkontrol atau tidak. Kuncinya jadi pada penanganan kesehatan,” ucapnya.

(IN)